Apakah Kecerdasan Buatan Dapat Mengancam Manusia?

Apa kalian pernah nonton The Avengers: Age of Ultron? Kalau pernah, pasti kalian ingat kan musuhnya siapa? Ia, betul! Musuhnya adalah Ultron, robot ciptaan Tony Stark. Dari semua musuh-musuh superhero Marvel, Ultron adalah saut-satunya yang bukan makhluk hidup, baik itu manusia ataupun alien. Tapi, kalau Ultron bukan makhluk hidup, kenapa Ultron bisa sehebat itu? Kalo dia hanay mesin atau robot, bukankah Tony Stark, sebagai penciptanya, bisa menonaktifkan Ultron dengan mudah? Ultron bisa sekuat itu karena dia memiliki kecerdasan buatan atau artificial intelligence tingkat tinggi.

Pada dasarnya, semua makhluk hidup memiliki akal atau kecerdasan, hanya saja berebeda -beda tingkatannya. Manusia merupakan makhluk dengan akal atau tingkat kecerdasan paling tinggi, tetapi bukan berarti menjadikan manusia paling pintar atau paling bisa memahami sesuatu. Bagaimana kita dapat menggunakan kecerdasan kita? Jawabannya adalah melalui rangkaian impuls saraf di otak. Sejak masih bayi, kita semua sudah mulai belajar mengenai fenomena-fenomena di sekeliling kita. Kita mengamatinya dan mencari pola-polanya, lalu disimpan di dalam memori kita. Ketika ada sesuatu hal baru atau ketika kita menemukan hal baru, neuron atau sel saraf di otak kita akan bekerja dan membuat sambungan baru, lalu menyimpannya di dalam memori. Hal tersebut terus terjadi setiap kali kita mempelajari sesuatu.

Mekanisme belajar tersebutlah yang dikembangkan oleh ahli-ahli teknologi untuk menciptakan kecerdasan buatan. Dengan berkembangnya neuro-science, yaitu ilmu yang mempelajari cara kerja otak kita, bisa saja di masa depan kecerdasan buatan seperti milik Ultron dapat ditemukan. Oke, kita udah sejauh ini, tapi mungkin kalian masih bingung kecerdasan buatan itu apa. Sederhananya, kecerdasan buatan adalah kemampuan yang diberikan kepada teknologi agar mereka bisa berpikir sendiri. Contohnya adalah Ultron yang menjadi musuh para Avengers - dia merupaakan robot, tapi bisa berpikir dan menentukan keinginannya sendiri seperti manusia.

Isu kecerdasan buatan ini sudah ada sejak lama, walaupun belum pernah menjadi nyata alias belom benar-benar ditemukan. Berbagai karya fiksi menggunakan tema kecerdasan buatan, tetapi mereka semua selalu berakhir buruk di mana para robot dengan kecerdasan buatan melakukan pemberontakan dan ingin memusnahkan manusia. Hal tersebutlah yang menjadi alasan kekhawatiran orang-orang, termasuk beberapa ahli sains, seperti Stephen Hawking, Bill Gates, dan Elon Musk.

Di zaman sekarang, hampir semua hal berbasis digital, sistem lalu lintas, birokrasi, manufaktur, komunikasi, pendataan, dan lain-lain. Semua teknologi di bidang-bidang tersebut dikendalikan program yang berupa serangkaian kode komputer. Bentuk fisik dari kecerdasan buatan juga adalah serangkaian kode komputer, bedanya adalah pada kemampuannya untuk belajar. Dengan mencontoh cara otak manusia mempelajari hal baru, kecerdasan buatan menerjemahkan informasi-informasi menjadi model matematika sederhana yang menyerupai neuron di otak kita. Model matematika tersebut disebut artificial neural network

Berdasarkan kemampuannya untuk belajar, kecerdasan dibedakan menjadi tiga: artificial anrrow intelligence atau weak artificial intelligence (weak AI), Artificial General Intelligence atau strong AI, dan Superintelligence.

Pertama, Weak AI dikatakan lemah karena kemampuan belajarnya terbatas pada satu fungsi spesifik yang ditentukan oleh perancangnya. Mungkin kita gak sadar bahwa weak AI ada di sekeliling kita, sering kita gunakan, dan bahkan kita bergantung padanya sewaktu-waktu. Contoh weak AI  adalah timeline facebook, google asisstant, dan karakter di video game. 

Kedua, Strong AI memiliki tingkatan lebih tinggi daripada weak AI. Strong AI mampu belajar seperti manusia. Para insinyur dan ilmuwan percaya bahwa strong AI dapat segera dicapai dalam waktu tiga puluh tahun lagi. Namun, mereka masih menghadapi satu masalah yakni bagaimana agar mesin-mesin dapat melakukan pekerjaan sederhana manusia. Komputer-komputer sekarang mampu menyelesaikan masalah matematika yang sangat rumit, tetapi mereka tidak bisa membuka pintu, mengenal teman lama saat berpapasan, atau memahami perasaan orang lain. Strong AI memiliki kemampuan belajar yang sama dengan manusia, mereka dapat menambahkan informasi-informasi baru ke dalam program mereka tanpa perlu bantuan perancangnya. Kemampuan ini disebut recrusive self-improvement, yaitu kemampuan untuk memperbaiki di melalui proses trial and error tanpa batas. 

Ketiga, Superintelligence merupakan keerdasan buatan yang lebih tinggi daripada kecerdasan manusia. Kemampuan recrusive self-improvement pada strong AI memungkinkan mesin dengan kecerdasan buatan tersebut belajar melalui proses trial and error tanpa batas dan tanpa bantuan manusia. Mesin tersebut terus mencoba berbagai kemungkinan melalui serangkaian perhitungan sehingga dapat membedakan mana salah dan mana benar. Namun, apa yang akan terjadi kalau ada kecerdasan yang lebih cerdas daripada manusia?

Para pakar terpecah menjadi dua kubu, kubu optimis dan kubu pesimis. Mereka yang optimis percaya bahwa mesin dengan superintelligence di masa depan tetap dapat dikendalikan manusia. Mesin tersebut akan dibatasi dengan aturan dasar seperti dilarang melukai dan membunuh manusia serta membantu mensejahterakan manusia. Sementara itu, kubu pesimis khawatir dengan keberadaan kecerdasan buatan tersebut. Alasannya adalah bagaimana caranya mengendalikan dan membatasi sesuatu yang lebih cerdas daripada kita. Apa yang dapat mencegah mesin-mesin dengan superintelligence untuk tidak menyakiti manusia padahal mereka lebih cerdas daripada kita?

Kalau menurutku pribadi, aku setuju dengan kubu pesimis. Mesin dengan superintelligence dikatakan memiliki tingkat kecerdasan di atas manusia, lantas apakah mungkin mereka dibatasi dengan aturan-aturan dasar yang dinyatakan para kubu optimis tadi? Ketika ada sebuah peraturan, manusia mempertanyakannya dan jika peraturan itu tidak masuk akal menurut mereka, maka mereka melanggarnya. Hal tersebut mungkin saja terjadi pada mesin dengan superintelligence. Apa yang menjamin mereka untuk mematuhi peraturan dasar tersebut? Meskipun mereka lebih cerdas daripada kita, bukan berarti mereka tidak akan sampai pada kesimpulan bahwa manusia sebaiknya dimusnahkan. Seperti halnya Ultron, dia dirancang untuk menciptakan perdamaian dunia dan dia berkesimpulan bahwa manusia harus dimusnahkan untuk tujuan tersebut. Intinya, kalau menurutku perkembangan kecerdasan buatan super tentu berpotensi menjadi ancaman bagi umat manusia.

 Lalu, bagimana menurut kalian?  Apa kalian optimis dengan superintelligence di masa depan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Open Source vs Close Source

Kelas Praktek Microsoft Office: Word dan Excel

Membuat pivot table